PIXABAY
Ilustrasi kiamat
Terungkap, Penyebar Isu Kiamat di Ponorogo Katimun, Minta Jamaah Pakai Pedang, Begini Inti Ajarannya
TRIBUNMADURA.COM, PONOROGO - Isu kiamat yang menggemparkan Kabupaten Ponorogo dan membuat 52 orang warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan pindah alias hijrah ke Kabupaten Malang, ternyata karena ulah seorang warga setempat bernama Katimun.
Hal ini diungkap langsung oleh Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, Rabu (13/3/2019).
Menurut Ipong Muchlissoni, 52 orang warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan mulai pindah ke Malang, setelah ada seorang warga desa setempat bernama Katimun menyebarkan isu kiamat dari rumah ke rumah.
"Yang membawa ajaran ini ke Ponorogo atau ke Desa Watu Bonang itu, warga kita nanya Katimun. Jadi intinya mereka mengatakan kiamat sudah dekat," tegasnya.
"Jamaah diminta menjual aset-aset yang dimiliki, untuk bekal di akhirat, atau dibawa dan disetorkan ke pondok, jamaah harus salat lima waktu di masjid," imbuh Ipong Muchlissoni.
Hal itu dilakukan, kata Ipong Muchlissoni, setelah sekitar dua bulan lalu, Katimun usai pulang menimba ilmu di Malang, dia mendatangi rumah ke rumah, mempengaruhi warga dan menyebarkan ajaran yang dianutnya.
Kepada warga, Katimun menyampaikan bahwa kiamat sudah dekat.
Selain meminta menjual aset yang dimiliki untuk bekal di akhirat atau dibawa ke pondok.
Katimun juga meminta agar warga menyiapkan senjata atau membeli pedang seharga Rp 1 juta.
"Mereka bilang Ramadan besok ini akan ada huru-hara, perang. Jamaah diminta untuk membeli pedang ke pak Kiai, harganya Rp 1 juta, yang tidak beli pedang diminta menyiapkan senjata di rumah, dan seterusnya lah," beber Ipong.
Dalam ajaran tersebut, juga dikatakan bagi anggota pengajian yang ikut ke Malang akan selamat dan terhindar dari kiamat.
"Ini nggak masuk akal, mereka sampaikan kalau kut grup ini, kalau dunia ini kiamat, mereka tidak ikut kiamat," ucap Ipong Muchlissoni.
Kata Ipong Muchlissoni, pengikut Kiai asal Kasembon, Kabupaten Malang itu tidak hanya berasal dari Ponorogo saja. Informasinya juga berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.
"Ini memang nggak bisa didekati level kapolsek, nggak bisa, harus dari Polda Jawa Timur, Pemprov Jatim," imbuhnya.
Sementara itu, Polres Ponorogo menyatakan akan melakukan penyelidikan terkait dengan pindahnya sekitar 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, secara serentak ke Malang, yang diduga karena adanya isu kiamat yang dihembuskan oleh Katimun.
"Saya tanya anggota dulu, intinya kalau saya, kita jangan mudah percaya. Hal hal seperti itu. Kalau kita menyampaikan bahwa itu adah tidak benar, kita pastikan aja, logikanya kan seperti itu," tegas Kapolres Ponorogo, AKBP Radiant, saat dikonfirmasi, Selasa (13/3/2019).
"Mana ada juga orang yang bisa menyampaikan kapan kiamat. Kiamat itu kan tuhan yang tahu. Mana ada manusia bisa, intinya kan seperti itu," imbuhnya.
Untuk itu, AKBP Radiant meminta kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi dan percaya dengan kabar yang menyesatkan.
Selanjutnya, pihaknya akan melakukan penyelidikan guna mengetahui alasan atau penyebab pasti warga pindah ke Malang.
"Dengan adanya informasi ini akan kami segera tindak lanjuti akan kami panggil yang bersangkutan, kami selidiki dulu. Akan kami lakukan pemeriksaan terlebih dahulu," tandas AKBP Radiant.
Sebelumnya, terkuaknya isu kiamat yang menyebabkan 52 orang warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, secara serentak pindah ke wilayah Kabupaten Malang mengikuti Kiainya, setelah viral di media sosial.
Kisah tersebut menjadi viral setelah diunggah netizen bernama Rizky Ahmad Ridho, di grup Facebook Info Cegatan Wilayah Ponorogo (ICWP), pada Senin (11/3/2019) sekitar pukul 10.14 WIB.
"#kepoinfo seng omahe watu bonang enek ora jarene lemah' pdo.di dol.gek pindah neg malang kae kronologine pie.. Seng 2 krngu" jarene kenek doktrin seng kiamat disek dwe daerah kno gek jarene neh kui gae jaket MUSA AS..kui aliran opo lurrr.samarku mbat brawek neg daerah" lio..Ngnu wae..mergo rdok nyamari babakan ngne kie wedi ko mbat di gae edan lak io.jembuk," tulis Rizki di Grup ICWP.
Kira-kira dalam bahasa Indonesia, berarti:
"#kepoinfo yang rumahnya di Watu Bonang ada apa tidak. Katanya tanah semua dijual terus pindah ke Malang itu gimana kronologinya. Dengar-dengar katanya kena doktrin yang kiamat pertama daerah situ dan katanya ada yang pakai jaket MUSA AS. Itu aliran apa, khawatirku merembet ke daerah lain. Gitu aja. Soalnya agak membahayakan bab seperti ini takutnya malah membuat orang gila".
Unggahan tersebut mendapat respon lebih dari 1400 komentar dan 1000 like dari netizen.
Seorang nettizen bernama Muhtar Tatung, membenarkan kabar tersebut.
Muhtar mengatakan, di desanya memang terdapat keluarga yang tiba-tiba menjual mobil, motor, sapi.
Itu dikukan lantaran percaya empat tahun lagi akan tiba kiamat.
Setelah itu, orang tua bersama anak dan istrinya diajak ke Malang untuk beribadah.
"Gonku enek mas mobile montore sapine didol jare 4thun engkas rep kiamat. wong tuane sak anak bjone diajak neng malang.jare rep ngibadah tohok," tulis Muhtar.
Sementra pemilik akun Che Chipruetz Philhaophipholhepher mengatakan, rumah warga yang pindah ke Malang, menjual rumah dan hewan peliharaan dengan harga murah.
"Lemah sak omah gur diD0l 20 juta Lurrr,,, Gek kandang sak sapine gur 8 juta,,,,,.(Tanah dan rumah cuma dijual seharga Rp 20 juta, kandang dan sapinya cuma Rp 8 juta)," tulis Che Chipruetz.
Sementara itu, Kepala Desa Watu Bonang, Bowo Susetyo, Rabu (13/3/2019) membenarkan, bahwa ada sekitar 16 KK di dua dusun, yakni Dusun Krajan dan Dusun Gulun yang pindah ke Kabupaten Malang untuk mengikuti pengajian.
"Yang ikut 16 KK, 14 KK di Dusun Krajan dan 2 KK di Dusun Gulun," katanya.
Bowo Susetyo juga membenarkan, bahwa ada empat rumah milik warganya yang berangkat ke Malang yang dijual, dengan harga sekita Rp 20 juta.
"Rata-rata dijual 20 juta, untungnya yang beli tetangga atau saudaranya sendiri," jelasnya.
Kata Bowo Susetyo, sebanyak 52 orang warganya yang pindah ke Kabupaten Malang karena isu kiamat itu pergi secara sembunyi-sembunyi.
Saat pindah, mereka, kata Bowo, juga tidak mengurus administrasi surat pindah di kantor desa dan sekolah.
"Keberangkatan warga itu disembunyikan. Ada sesuatu yang disembunyikan," ungkapnya.
Bahkan, Bowo Susetyo juga mengatakan, b Beritahwa ada satu warga yang berencana akan pindah.
Saat ditanya mengaku tidak akan berangkat. Tapi pada malam harinya, mereka berangkat ke Malang secara sembunyi-sembunyi.
"Dari 53 warga desa saya yang pindah ke Malang tersebut, 10 di antaranya masih SD dan dua di antaranya masih berstatus pelajar SMP," tegas Bowo Susetyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar