Sabtu, 18 Mei 2019

Setelah Ratusan Tahun Jadi Misteri, Akhinya Sosok Raja Hayam Wuruk dan Gajah Mada Bisa Dilukis

(SURYA.CO.ID/REPRO/DANENDRA KUSUMA)
Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi.
Mpu Haris tak serta-merta melukis sosok Gajah Mada dan 5 petinggi Kerajaan Majapahit. Dia harus bersemedi, hingga mendapat gambaran seperti ini.
TRIBUNJAMBI.COM - Penampakan wajah Hayam Wuruk dan Gajah Mada akhirnya tergambar.
Setelah berabad-abad menjadi misteri, sosok Raja Majapahit Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, akhirnya bisa dilukis seniman Haris Poerwandi (59) alias Mpu Haris.
Penampakan Hayam Wuruk dan Gajah Mada itu dari hasil meditasi seniman.
Hayam Wuruk merupakan raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1350-1389, bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
SIARAN LANGSUNG
Baca Juga
Sedangkan Gajah Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit.
Seniman Mojokerto, Haris Poerwandi (59) berhasil melukis sosok Gajah Mada saat Amukti Palapa (Sumpah Palapa).
Namun, untuk melukis sosok Gajah Mada tidaklah mudah.
Warga Dusun Perning, Desa Perning, Jetis, Kabupaten Mojokerto harus melewati beberapa proses tahapan yang begitu sulit.
Mpu Haris sapaan akrabnya, tak serta-merta melukis sosok Gajah Mada.
Dia mendapat pesanan dari seseorang pejabat untuk melukiskan 5 petinggi Kerajaan Majapahit.
"Saat memesan saya tidak diberikan referensi oleh seseorang yang sementara tak bisa saya sebutkan namanya itu.
Saya pun mencari referensi ke sejumlah tempat di Bali, Jogja, Pasar Seni Ancol, dan beberapa pelukis," katanya saat ditemui di rumahnya Minggu (21/4/2019).
Perjalanan mencari referensi itu tak berbuah manis.
Namun, Mpu Haris dengan yakin menerima pesanan menggambar 5 petinggi Majapahit meski belum dapat referensi.
"Saya menerima pesanan itu, tapi dengan syarat butuh waktu untuk melukisnya," ucapnya.
Keesokan harinya, pemesan ini datang dengan membawa dua rekannya.
Dua orang rekannya itu merupakan orang spiritual.
Sumber: Surya
Patih Gajah Mada (SURYA.CO.ID/REPRO/DANENDRA KUSUMA)
"Saya diberi penjelasan, oleh dia orang spiritual itu.
Saya tidak tahu jelas dengan penjelasan mereka.
Intinya untuk melukis Gajah Mada dan keempat petinggi Majapahit harus minta petunjuk terlebih dahulu," paparnya.
Dia melanjutkan, meminta petunjuk itu dilakukan dengan cara meditasi.
Proses meditasi dilakukan pada saat itu juga.
"Meditasi dilakukan saat itu juga. Karena pas Kamis malam Jumat, katanya.
Saat itu kalau tidak salah tanggal Desember 2016," lanjutnya.
Mpu Haris menyebutkan, proses meditasi dilakukan di Petilasan Hayam Wuruk, Panggih, Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Sebab, pemesan lukisan, ingin Mpu Haris melukis Hayam Wuruk terlebih dahulu.
Saat meditasi Mpu Haris membaca surat Al- Fatihah dan membakar dupa untuk wewangian agar lebih konsentrasi.
"Saat meditasi, saya rasanya seperti disuguhkan sebuah film.
Proses meditasi dilakukan beberapa kali naik tingkatan.
Sebab, tingkatan pertama film itu masih buram.
Tingkatan kedua saya seperti diserang oleh pasukan yang membawa tombak kala melepas napas.
Lalu muncul tiga orang ketika saya menahan napas," jelasnya.
Dari ketiga orang itu belum nampak sosok Hayam Wuruk.
Keesokan harinya Mpu Haris melakukan meditasi kembali.
"Meditasi kedua baru jelas sosok Hayam Wuruk. Sosok Hayam Wuruk tampan, kulit tidak kuning atau sewuruh untuk ukuran orang Jawa, kumis tipis, dan tinggi semampai.
Orang-orang yang ada di petilasan saat itu juga membenarkan hasil penerawangan saya terhadap sosok Hayam Wuruk.
Lantas saya melukisnya," urainya.
Setahun berselang di bulan yang sama yakni Desember, Mpu Haris melakukan meditasi kembali.
Mpu Haris melakukan meditasi untuk menerawang sosok Gajah Mada.
"Saya meditasi di Lebak Jabung petilasan Prabu Jayanegara, di Lebak Jabung, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto pada bulan Desember 2017. Sesuai arahan rekan," katanya.
Saat meditasi, Mpu Haris melihat roh suci dari Gajah Mada.
Roh suci Gajah Mada itu berpesan untuk tidak dilukis separuh badan.
"Saya akhirnya menyampaikan pesan ini ke pemesan. Pemesan tidak mempermasalahkan.
Sebelumnya pemesan ingin lukisan petinggi Majapahit dilukis separuh badan saja.
Untuk Gajah Mada saya lukis semi full badan (hampir selutut)," sebutnya.
Tak hanya itu, roh suci Gajah Mada juga berperan agar dilukis saat Amukti Palapa.
Hal ini membuat Mpu Haris tak hanya bisa melihat sosok Gajah Mada, melainkan juga kilas balik Amukti Palapa.
"Saya juga mengetahui sosok sebenarnya Gajah Mada," ungkapnya.
Dia menceritakan, dari hasil meditasinya, Gajah Mada merupakan keturunan dari Raden Wijaya.
Lahirnya Gajah Mada dari rahim selir Raden Wijaya yakni Nyai Andung Sari.
Oleh sebab itu, Gajah Mada tidak diakui secara silsilah.
"Pada waktu lahir Gajah Mada dititipkan pada patihnya Arya Tadah.
Disitu ditunjukan Arya Tadah menitipkannya jke Guru Spiritual Nagabaruna di Lereng Gunung Lawu untuk ditempa ilmunya," paparnya.
Singkat cerita, lanjut Mpu Haris, saat Gajah Mada beranjak dewasa Arya Tadah memberikan warisan Raden Wijaya Pusaka Surya Panuluh kepadanya.
Arya Tadah juga sudah semakin tua, amanat dari Raden Wijaya, Gajah Mada yang akan menggantikannya.
"Kala itu Gajah Mada tidak siap. Namun, saat diundang oleh Tribhuwana Tunggadewi ke Majapahit, Gajah Mada melontarkan Sumpah Amukti Palapa sembari mengangkat Pusaka Keris Surya Panuluh.
Arya Tadah lantas tersungkur dan Tribhuwana Tunggadewi juga tak kuat menangkap cahaya biru yang keluar dari Pusaka Surya Panuluh," jelasnya.
Saat itu pula, Mpu Haris mengeluarkan air mata.
Serupa dengan Arya Tadah dan Tribhuwana Tunggadewi, dirinya tak kuat menangkap sinar biru dari Pusaka Surya Panuluh.
"Cerita ini tak dilontarkan oleh roh suci Gajah Mada tetapi berbentuk seperti tayangan film.
Di sisi lain dalam cerita ini saya mendengar suara bahwa Gajah Mada memiliki istri namanya, Ken Bebet," bebernya.
Mpu Haris tak langsung melukis seusai meditasi pertama.
Dirinya harus meditasi sebanyak 7 kali untuk memastikan sosok Gajah Mada.
Sehingga dia yakin betul bila yang dilukisnya adalah sosok Gajah Mada.
"Setelah 7 kali saya meditasi baru saya melukisnya. Saya melukis di atas kanvas ukuran 80x110 cm dengan menggunakan cat minyak dan kuas.
Proses pembuatannya memakan waktu sekitar 7 bulan.
Saat ini saya sudah melukis Hayam Wuruk, Gajah Mada, Tribhuwana Tunggadewi.
Jadi kurang Raden Wijaya dan Wikramawardhana.
Lukisan 5 petinggi Majapahit ini harganya Rp 200 juta," pungkasnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar